Haider 2014
Sutradara : Vishal Bhardwaj
Produser : Vishal Bhardwaj, Sidhart Roy Kapur
Penulis cerita : Basharat Peer, Vishal Bardwaj
Based on : Hamlet from novel William Shakeshpeare
Pemain : Shahid Kapoor, Sharadda Kapoor, Tabu, Kay Kay Menon
Distributor : UTV Motion Picture
Rilis : 2 Oktober 2014
Sinopsis
Kisah berlatarbelakang tahun 1995
di saat India mengalami konflik Kashmir. Dr. Hillal Meer bersama istrinya
Ghazala hidup dengan rasa was-was. Putranya yang bernama Haider sedang menempuh
studi di sebuah Universitas. Gejolak pemerintah Kashmir dengan pemberontak
semakin memanas, hingga akhirnya Dr. Hillal masuk ke dalam masalah serius. Ia
menolong seorang yang dianggap pemberontak pemerintah, menyembuhkan dan
melindunginya.
Di lain hari, pemerintah mencari
pimpinan pemberontak tersebut dengan mengumpulkan seluruh warga laki-laki, muda
maupun tua. Setiap pria yang terlibat akan ditangkap dan disekap dalam penjara
penyiksaan. Tak terkecuali Hillal. Ia menjadi salah satu tawanan karena
dianggap membelot. Hal ini hanya diketahui Ghazala, istrinya dan tanpa memberi
tahu Haider yang saat itu ada di Universitas.
Beberapa lama waktu berlalu
Haider kembali ke kampung halamannya, ia menjadi sosok pemuda yang dewasa dan
berpendidikan. Mampu menjaga diri dan lebih memaknai kehidupan. Diperjalanan
Haider dan beberapa penduduk menjalani pemeriksaan identitas. Penjaga itu
mencurigai tujuan Haider dan mengamankannya di base camp tentara. Mendengar hal
ini, Arsy kekasih Haider segera menuju ke base camp tentara untuk membebaskan
Haider. Karena Arsy seorang wartawan, para tentara itu melepaskan Haider.
Arsy hendak mengantarnya ke rumah
paman Haider dimana ibunya saat ini tinggal. Tapi Haider menolak karena ia
ingin kembali ke rumah, rumah ayah dan ibunya. Arsy menceritakan bahwa tidak
ada lagi rumah bagi keluarganya dan mengatakan ayah Haider menghilang beberapa
tahun lalu. Haider tetap bersikeras mendatangi rumahnya yang kini menjadi
puing-puing akibat pengeboman. Hati Haider sungguh pilu melihat kejadian ini,
dan ingin menuntut balas pada orang yang mencelakai ayahnya. Di saat yang
bersamaan, kakak Arsy melihat adiknya sedang berdua di puing itu dan segera
menyeretnya pulang. Tidak ada yang senang melihat keluarga Meer karena dianggap
sebagai pemberontak negara.
Haider langsung menuju rumah
pamannya Khurram. Di sana ia melihat ibunya sedang bersenda gurau dengan
pamannya, penuh suka cita, layaknya sepasang suami istri. Dalam sekejap pikiran
buruk di benak Haider mengatakan bahwa ibu dan pamannya memiliki hubungan
spesial. Ghazala terkejut melihat anaknya datang, ia ingin memeluk namun Haider
bermuka masam dan emosi berat. Untuk menenangkan Haider, Ghazala tidak mengakui
hubungannya dengan Khurram.
Haider berusaha mencari jejak
ayahnya, menurut Arsy, Dr. Hillal telah lama menghilang dan dinyatakan tewas.
Haider tak terima dengan kenyataan, kalau pun meninggal dimana makam ayahnya.
Ketika Khurram bertemu Haider, ia menegaskan akan membantunya mencari kakaknya,
ayah Haider. Namun haider sanksi karena Khurram memiliki maksud tertentu.
Salman 1 dan Salman 2 adalah
anggota kepolisian dan anak buah Parvez Lone, ayah Arsy. Kedua Salman itu
berpura-pura membantu Haider yang sebenarnya mengintai gerak-gerik Haider.
Haider dan Arsy sepasang kekasih yang saling menyayangi dan mempercayai. Apapun
yang dikatakan Haider, Arsy pasti akan membantu. Parvez Lone menggunakan cinta
Arsy untuk mengamati Haider. Tak salah jika semua rencana Haider diketahui
lebih dulu oleh kepolisian.
Suatu siang, Arsy diikuti oleh
seorang pria berjubah putih. Dia memperkenalkan diri bernama Roohdar dan
membawa pesan dari Hillal untuk Haider. Arsy terkejut sekaligus senang,
kehadiran Roohdar akan membawa kejelasan akan nasib ayah Haider.
Haider menghubungi nomer seluler
yang diberikan Roohdar. Mereka berjanji akan bertemu di sebuah jembatan
keesokan harinya. Ternyata kedua Salman juga membuntuti Haider dan
menginformasikan pada Parvez Lone dan Khurram. Dalam foto yang didapat Salman,
Parvez dan Khurram mengenali bahwa pria yang membawa Haider adalah Roohdar.
Seorang pria yang bisa mengancam keselamatan mereka.
Dalam perjalanan bersama Roohdar,
kedua mata Haider ditutup kain hitam dan diperlakukan seakan-akan musuh.
Perjalanan itu sangat jauh dan berliku. Sesampai di tempat Haider menemukan
Roohdar bersama beberapa anggota lainnya, dan tidak menemukan ayahnya disana.
Haider semakin curiga dengan aksi Roohdar, dalam hati ia berpikir Roohdar dan
kawannya komplotan pemberontak negara dan sengaja mencelakainya seperti Dr.
Hillal.
Perselisihan dan debat terjadi,
akhirnya Roohdar membuka fakta bahwa Dr. Hillal telah tewas dibunuh saudaranya
sendiri, Khurram. Haider semakin panas hati. Ia tidak terima dengan pernyataan
Roohdar. Namun, ketika Roohdar mengatakan bahwa Khurram melakukan hal itu demi
mendapatkan wanita yang dicintainya, Ghazala. Maka, yakinlah Haider bahwa
ayahnya memang tewas karena Khurram.
Roohdar menceritakan pertemuannya
dengan Dr. Hilla di sebuah penjara pengasingan. Tentara itu menyiksa dan
mengasingkan tawanan disebuah tempat yang gelap dan kotor. Mereka dipaksa
mengakui perbuatan yang sebenarnya bukan perbuatannya. Jeritan para tawanan
sering terdengar. Namun Hillal menghibur diri dengan bernyanyi. Saat itulah
Roohdar mengenal Hillal. Mereka menjadi sahabat dalam penjara dengan
menyampaikan ide-ide jika suatu saat keluar dari pengasingan. Hillal hanya
berpesan jika dirinya tidak bisa bebas yaitu sampaikan pada Haider, selamatkan
ibunya dari mata jahat Khurram.
Suatu malam, Roohdar dan Hillal
mendapat jalan untuk bebas. Mereka tercebur di dalam sungai Jhellum. Dengan
keadaan terikat dan payah keduanya berusaha berenang ke darat, namun Hillal
sudah tidak bernyawa. Mereka memakamkan Hillal di pemakaman umum yang tidak
jelas asal usul keluarganya. Roohdar menunjukkan pada Haider nomor makam
ayahnya.
Untuk membuktikan hal itu Haider
menuju makam. Disana memang banyak makam tanpa nama, hanya nomor nisan yang
menandainya. Juru kunci pun menunjukkan jalan dan foto mayat Hillal sebelum
dimakamkan. Haider berlutut sedih di depan makam ayahnya.
Ghazala beberapa hari tidak
melihat putranya, ia merindukan Haider. Khurram hanya menghibur dan menjelaskan
bahwa ia sangat mencintai Ghazala. Namun, kedua orang itu belum terikat
pernikahan, karena status Ghazala antara janda dan pengantin belum bisa
ditentukan sebab ia belum melihat jenazah suaminya.
Di sebuah jalan, kerumunan orang
memenuhi lapangan. Mereka mendengarkan perkataan sebuah lelucon dari pemuda
dengan kepala botak. Orang-orang sangat menyukainya dan tertawa dengan lelucon
itu. Saat itu Khurram dan Ghazala melihat bahwa pemuda itu adalah Haider.
Betapa malu hati Ghazala melihat putranya menjadi tontonan orang-orang. Khurram
berhasil menarik Haider dari kerumunan itu dan menemui Ghazala. Dengan tertawa
lepas Haider menunjukkan foto jenazah Hillal.
Haider kembali ke rumah pamannya
untuk sang ibu. Mereka sekeluarga berziarah dan mengirim doa dimakam Hillal dan
mengadakan doa bersama di rumah. Selesai acara itu, Khurram mengumumkan bahwa
besok ia akan menikahi Ghazala, dan ia pun setuju. Haider hanya melihat sinis,
dalam hatinya terlintas ide konyol untuk membunuh Khurram.
Pernikahan Khurram – Ghazala
digelar dengan meriah. Bahkan Haider memberikan sebuah tarian untuk menghibur
pengantin. Tetapi dibalik semua itu Haider mempersiapkan sebuah pembunuhan
untuk Khurram. Rencana itu hanya Arsy yang tau, namun sayang Parvez Lone
mengorek rencana itu dari putrinya. Nyanyian Haider menyindir dan bercerita
tentang kekejaman pria yang tega memisahkan pasangan sejati. Demi mendapatkan
cinta wanita itu, pria jahat tersebut rela membunuh kekasih pria. Khurram
tertohok dengan kisah nyanyian Haider dan diakhir pertunjukkan, Khurram lebih
sigap menyerang Haider.
Sejak itu Haider mengetahui bahwa
Arsy yang membocorkan rencananya dan menjadi buron. Dengan pistol di tangan
Haider melarikan diri ke rumah lamanya. Disana ia bertemu dengan ibunya, mereka
berdebat dan saling menyesal. Saat itu datanglah Parvez Lone dengan sebuah
tembakan, namun pistol Haider lebih dulu mengenai kepala Parvez hingga tewas.
Kematian Parvez membawa luka
dalam bagi Arsy, ia tak bisa berpikir dengan akal sehat, di satu sisi Haider
adalah cintanya dan disisi lain ada ayahnya yang dipercaya namun ia berkhianat.
Arsy menjadi wanita linglung dan lemah. Ia mengakhiri hidupnya dengan sebuah
tembakan di kepala.
Haider bersembunyi di rumah
pemakaman. Ia melihat beberapa orang mengadakan upacara pemakaman seorang
wanita. Setelah diamati mereka memakamkan jenazah Arsy. Haider begitu
kehilangan dan sedih. Ia menghampiri makam Arsy dan terlibat baku hantam dengan
kakak Arsy. Atas ketidaksengajaan Haider mendorong kakak Arsy hingga jatuh
terbentur batu. Seketika kakak Arsy tewas. Haider mengeluarkan jenazah Arsy dan
memeluknya dengan erat di dalam rumah persembunyian.
Tak lama kemudian Khurram dan
anak buahnya datang akan menangkap Haider. Untunglah 2 orang juru kunci yang
sudah tua turut menembaki Khurram dan lainnya. Mereka saling menembak. Satu
persatu anak buah Khurram tumbang dan 2 orang juru kunci itupun tewas.
Ghazala datang diantara
perselisihan itu. Ia berjanji akan membawa anaknya turun. Ghazala masuk seorang
diri dan berusaha menyadarkan Haider. Namun, anak tercintanya itu tetap pada
pendirian, akan membalas perbuatan Khurram. Ghazala turun tanpa Haider. Ia
berdiri ditengah salju dengan 8 bom ditubuhnya. Pikirannya kacau dan pandangan
matanya sayu. Ghazala menyesali kehidupan yang terjadi padanya. Ia sengaja
mengorbankan diri untuk mengakhiri perselisihan ini tanpa dendam. Ghazala siap
melepas kawat bom.
Haider dan Khurram berteriak dan
lari sekencang mungkin ke arah Ghazala, tapi sayang 8 bom itu telah meledak
menghancurkan tubuh Ghazala. Posisi Haider tak seberapa jauh dari ibunya,
ledakan itu hanya membuat kulit dan tubuhnya penuh darah. Sedangkan Khurram, ia
terlalu mencintai Ghazala, ledakan itu membekas selamanya, sebagian tubuh
bagian bawah Khurram telah hancur namun nyawanya masih melekat.
Haider terpukul melihat kematian
ibunya, ia akan menghabisi Khurram selamanya namun apa yang terjadi pada diri
Khurram saat ini cukup untuk menghukum dirinya di sisa hidupnya. Berulang kali
Khurram memohon untuk dibunuh namun Haider meninggalkannya.
Harta, tahta dan wanita mengawali
dan mengakhiri kisah sedih keluarga Haider. Apa yang telah diperbuat manusia
suatu hari nanti balasan akan mengakhirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar